Muara Teweh, Barito Utara, Potensinasional.id — Masyarakat di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, tengah menghadapi krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin memburuk sejak awal Desember 2025. Kelangkaan jenis Pertamax dan Pertalite terjadi hampir di seluruh kecamatan hingga desa-desa kecil.
Jika biasanya BBM banyak dijual secara eceran di warung dan kios warga, kini stok hampir tidak ditemukan. Kalaupun tersedia, harga eceran melonjak drastis hingga Rp25.000–Rp30.000 per liter.
“Masalah harga bisa saja dimaklumi, tapi yang jadi masalah sekarang barangnya tidak ada. Saya sudah dorong motor dari jauh hanya untuk cari bensin,” keluh seorang ibu rumah tangga di pinggir jalan.

Antrean Panjang di SPBU
Antrean kendaraan di SPBU kini menjadi pemandangan sehari-hari. Pembatasan pembelian pun diberlakukan sehingga semakin memperparah kondisi ekonomi warga.
Sejak awal November, keluhan warga terkait sulitnya mendapatkan BBM terus meningkat—baik di wilayah perkotaan Muara Teweh maupun di desa-desa kecil.
Beberapa SPBU di Muara Teweh dilaporkan sering kehabisan stok, memaksa warga mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin atau solar.
“Saya sudah tiga hari bolak-balik ke SPBU, tapi selalu habis. Ini mengganggu pekerjaan saya sebagai petani,” ujar Anto, warga Desa Trahean.
Pembatasan pembelian maksimal 20 liter per pelanggan juga dianggap tidak mencukupi bagi petani, nelayan, hingga pedagang yang mengandalkan BBM untuk kebutuhan operasional harian.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Barito Utara menyebutkan beberapa faktor penyebab krisis BBM ini, antara lain.
Distribusi BBM dari Terminal BBM (TBBM) Banjarmasin mengalami keterlambatan akibat gangguan logistik dan cuaca buruk.
Kerusakan jalan menuju wilayah terpencil menghambat pengiriman BBM.
Menjelang akhir tahun, kebutuhan BBM meningkat seiring aktivitas pertanian dan perayaan hari besar.
Kelangkaan BBM memberi pukulan besar bagi perekonomian lokal. Banyak petani dan nelayan terpaksa mengurangi aktivitas karena kekurangan bahan bakar. Biaya transportasi naik dan dikhawatirkan akan berdampak pada harga kebutuhan pokok.
“Kalau kondisi ini terus berlarut, ekonomi masyarakat bisa lumpuh. Anak sekolah yang pulang-pergi pakai motor juga sangat terdampak. Kami berharap bupati, pemerintah daerah, dan Pertamina turun tangan segera,” tegas Hison, Ketua Umum Ormas GPD Alur Barito di Muara Teweh.
Warga Barito Utara meminta pemerintah dan Pertamina segera mengambil langkah cepat untuk menormalkan kembali distribusi BBM.
Masyarakat juga berharap adanya transparansi dan pemerataan distribusi, agar tidak ada pihak yang dirugikan.
“Kami hanya ingin BBM tersedia dengan harga terjangkau. Tolong pemerintah dan Pertamina dengarkan keluhan kami,” pungkas Hison penuh harap.
(Henryanus A.)










